[Ficlet] It’s Raining

It's Raining

An Alternate Universe Fanfiction

“It’s Raining”

by

Jung Minrin (@reddsky_10)

transformed from Idwinaya

SNSD Sooyoung || EXO-K Suho || DBSK Changmin

Length : Ficlet || Rating : G || Genre : Romance, Fluff, a little bit Sad

Disclaimer :

The casts are not mine, but the plot is truly mine

So, don’t dare to take it without my permission

Note :

Well, ff ini sedikit banyak adalah hasil curhatanku lagi *lirik A Glass of Lemon Tea*

I take Sooyoung-Suho again ^^ Readers boleh menganggap ini masih ada sambungannya dengan Serendipity, soalnya setting dan penokohannya mirip sama Serendipity. Tapi bagi yang belum baca Serendipity pun nggak akan ngaruh kok.

Bagi yang bersedia nyempetin buat baca ff hasil curhat abalku ini, aku ucapkan,

Selamat membaca!

.

and I found you in a heavy rain…

.


Tokyo, Jepang

Bagiku, tak ada yang lebih menjengkelkan dari hari Kamis. Hari Kamis seolah menjadi hari tersial dalam hidupku. Contohnya seperti hari ini. Pagi hari, aku harus menerima kenyataan bahwa aku sedang mendapat “tamu bulanan”. Well, seharusnya, aku yang masih belum menikah ini bersyukur atas anugerah itu. Bayangkan saja, kalau “tamu bulanan”-ku itu tak datang. Kalian tahu maksudku, kan? Tapi, kedatangannya selalu menggangguku. Perutku akan terasa melilit hampir sepanjang hari. Belum lagi, mood-ku akan berubah dengan cepat dan drastis dan sikapku bisa menjadi menjengkelkan berkali-kali lipat. Dan karena masalah pagi hari itu, aku harus terlambat ketika mengikuti sebuah rapat penting Shizu Fashion yang mengontrakku sebagai salah satu desainer perancang koleksi baju musim dingin mereka. Saat berangkat pun, aku harus terjebak kemacetan lebih lama dari biasanya. Pada saat rapat berlangsung pun, segalanya berjalan dengan sangat lama dan alot, karena jurang perbedaan antara kami, para desainer yang masih muda, dengan mereka, dewan direksi Shizu Fashion yang umurnya lebih tua dari ayahku. Akhirnya, rapat yang dimulai sejak pukul 9 pagi itu, baru berakhir pukul 3 sore.

Menjengkelkan sekali, bukan?

Dan penderitaanku seolah belum berakhir sampai disitu saja. Ketika aku keluar dari kantor Shizu Fashion dan berjalan menuju lapangan parkir, aku menyadari bahwa ban mobilku kempes (lagi!), padahal ban mobilku itu sudah kuganti sekitar 1 bulan yang lalu. Aku pun telah mengusahakan berbagai cara, mulai dari menelepon bengkel langganan kakak laki-lakiku, hingga mencari bengkel mobil di sekitar Shizu Fashion. Namun, seluruh usahaku berakhir dengan suatu kesia-siaan. Dan sekarang, aku justru terjebak di tengah-tengah hujan lebat yang mengguyur Tokyo. Baju yang sedang kukenakan pun sudah basah kuyup. Jadi, aku memutuskan untuk berteduh di bawah halte terdekat yang bisa kutemui.

Rasanya seperti ingin menangis saja. Membayangkan bahwa kau seperti hanyalah seorang diri, terduduk di bawah halte, dan menunggu hujan reda.

Oke, katakan aku berlebihan. Aku memang selalu seperti ini jika “tamu bulanan”-ku datang. Perasaanku sangat sensitif. Kadang, aku menjadi mudah marah. Kadang, aku menjadi sangat cengeng. Dan sialnya, kali ini, aku berubah menjadi gadis yang cengeng.

Dan ya, air mata sudah mulai menggenangi mataku, mendesak untuk keluar.

Ya Tuhan, kenapa kau selalu memberikan cobaan yang berat dalam hidupku?

Aku segera mengusap air mataku dengan kasar. Aku tak boleh menangis. Sama sekali tidak boleh.

Aku pun memutuskan mengeluarkan ponselku dan menghubungi Changmin Nii-san. “Moshi-moshi…”

“Sooyoung? Kenapa kau menghubungiku?” tanya Changmin Nii-san dengan suara yang kedengaran panik.

Jujur saja, suara panik dari Changmin Nii-san mampu menenangkan hatiku. Setidaknya, aku masih merasa ada seseorang yang mengkhawatirkanku. Aku tidak sendirian. Dan lagi-lagi, rasanya aku ingin menangis terharu. Duh, kenapa aku harus cengeng sekali hari ini?

“Sooyoung? Kau masih disana, kan?” tanya Changmin Nii-san semakin panik.

“A-ah, i-iya,” balasku terbata, sambil menahan isakanku.

“Kau ada dimana sekarang? Kenapa berisik sekali?” tanya Changmin Nii-san bingung.

“A-aku…” Nah, air mataku mendesak untuk keluar lagi. Kali ini, karena teringat dengan nasib sialku sepanjang hari ini. “Aku sedang berteduh di halte.”

“Berteduh di halte? Memangnya, kemana mobilmu?”

“Hiks… Ban mobilku kempes lagi, Nii-san, hiks…” Ah, sial! Aku tak bisa mengontrol isak tangisku ini.

“Apa?!” Changmin Nii-san terdengar panik kembali. “Kau sudah mencoba mencari bengkel?”

Aku mengangguk pelan, meski Changmin Nii-san tak melihatku. “Aku sudah menghubungi bengkel langganan Nii-san, hiks… tapi mereka sedang cuti. Aku juga sudah mencari bengkel mobil di sekitar sini tapi hikss… tidak ada bengkel sama sekali. Dan sekarang, hiks… aku malah kehujanan dan berteduh hiks… di halte,” jelasku di sela-sela isakan tangisku.

“Ya ampun, Soo,” gumam Changmin Nii-san.

“N-nii-san, bisakah kau menjemputku? A-aku takut sekali disini,” pintaku memelas. Sungguh, aku tak pernah merasa setakut ini. Hanya saja, aku melihat situasi sekitarku yang sangat sepi. Jalan protokol di hadapanku juga agak sepi. Aku takut, jika tiba-tiba ada orang-orang jahat yang ingin melukaiku.

“Soo, aku minta maaf. Aku tak bisa menjemputmu saat ini, karena ada rapat mendadak,” jelas Changmin Nii-san.

ARGH!!!

Rasanya, aku ingin menangis sekeras-kerasnya dan meneriakkan pada dunia bahwa aku sedang membutuhkan bantuan. “B-begitu, ya?” gumamku.

“Kenapa kau tak mencoba menghubungi Joonmyeon dan meminta bantuan padanya, hm?” usul Changmin Nii-san.

Aku terdiam dan berpikir sejenak. Joonmyeon adalah kekasihku dan kebetulan sekali dia sedang berada di Tokyo. Namun, keberadaannya di Tokyo adalah untuk mengurus sebuah proyek besar pembangunan apartemen mewah. Memangnya, aku bisa mengganggu kesibukannya begitu saja? “B-baiklah, Nii-san. Aku akan mencoba menghubunginya,” ucapku bohong.

“Ah, baiklah. Kalau terjadi sesuatu, segera hubungi aku, oke?”

“Ya, Nii-san,” jawabku. “Maaf mengganggumu, Nii-san. Kututup dulu teleponnya.”

“Ya. Berhati-hatilah, Soo.”

PIP!

Dan sambungan telepon antara aku dan Changmin Nii-san pun berakhir. Aku mendekap erat tasku tepat di depan dadaku. Semua kenyataan ini terasa sangat menusuk dan menyakitkan. Kenapa aku harus menjalani hari yang berat seperti ini?

Aku kembali melirik ke arah ponselku. Aku sudah memutuskan untuk tidak menghubungi Joonmyeon, karena aku tak ingin mengganggunya. Jadi, aku memilih untuk menunggu hujan ini hingga reda dan kembali mencari bengkel mobil.

Aku mulai melesakkan wajahku ke tas yang tengah kudekap. Mataku terpejam sejenak dan seketika ada beberapa bayangan yang berkelibatan di otakku.

Bagaimana kalau ada orang-orang jahat yang berniat melukaiku disini?

Bagaimana kalau hujan ini tak kunjung reda sampai malam hari?

Bagaimana kalau Changmin Nii-san mengkhawatirkanku?

Bagaimana kalau Changmin Nii-san menyalahkan Joonmyeon dan berujung dengan berakhirnya hubungan kami?

Aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat, masih dengan wajah yang tertutupi tas. Rasanya, air mata ini kembali mengalir di pipiku. Aku tak ingin semua bayangan itu terjadi. Dan aku berusaha mengenyahkan seluruh pikiran buruk itu.

“Sayang…”

Kenapa bayangan buruk itu terlihat semakin nyata?

Apakah ada seseorang di dekatku?

Apakah dia berniat melakukan sesuatu yang buruk padaku?

“Sayang, kenapa kau sendirian disini?”

Dan seseorang mulai menyentuh lenganku.

Aku semakin takut. Siapa sih, orang yang lancang ini?

Aku pun segera menjauhkan tasku dari wajahku dan berteriak, “Apa-apaan kau i…. ni?” Aku melongo.

“Kenapa kau disini?” tanya pria yang berdiri di hadapanku. Tangannya masih menyentuh lenganku dengan lembut. Wajahnya yang tampan itu nampak sedikit cemas.

“J-joonmyeon?” tanyaku terbata. Pandanganku sedikit buram, karena genangan air mata.

“Choi Sooyoung, jelaskan padaku, kenapa kau ada disini, hm?” tanya Joonmyeon sekali lagi.

“A-aku… aku…” Aku tak bisa menjelaskan keadaanku padanya. Aku justru langsung menghambur dan memeluk tubuhnya dengan erat. “Hiks… J-joonmyeon…” isakku pelan.

Joonmyeon nampak terkejut atas sikapku yang tiba-tiba ini. “Hei, hei, ada apa denganmu, Soo?” tanyanya semakin bingung. Tangannya mulai bergerak menuju punggungku dan mengusapnya secara lembut.

Aku tak kunjung menjawab pertanyaannya. Kepalaku tersandar pada dada bidangnya. Rasanya nyaman sekali.

Joonmyeon melepaskan pelukannya padaku. “Soo, jelaskan dulu padaku, apa yang sebenarnya sedang terjadi, hm?”

Aku tertunduk. “Aku baru saja mengikuti rapat di Shizu Fashion. Saat aku hendak pulang, ternyata ban mobilku kempes. Hiks…” Nah kan, aku menangis lagi? “Maka dari itu, aku berusaha mencari bengkel mobil. Tapi, aku malah kehujanan,” lanjutku. Dan aku pun kembali terisak.

Joonmyeon langsung memeluk tubuhku kembali, mendekapnya lebih erat. “Kenapa kau tak menghubungi Changmin Nii-san atau aku, Soo?” tanya Joonmyeon lembut.

“Changmin Nii-san sedang rapat. Dan kau…” Aku terisak kembali. “Kupikir, kau sedang sibuk mengurusi proyek besarmu itu. Jadi, aku tak berani mengganggumu,” jelasku.

Joonmyeon mendesah keras-keras. “Dasar bodoh,” desisnya tepat di telingaku. “Kalaupun aku sedang sibuk, aku pasti akan mencarikan bengkel mobil yang bisa membantumu, Sayang.”

Panggilan “sayang” dari Joonmyeon selalu membuat hatiku tenang dan berbunga. Suaranya juga terdengar sangat lembut ketika memanggilku begitu.

Joonmyeon mengusap kepalaku dengan lembut. “Sudahlah, yang penting, sekarang aku sudah menemukanmu disini.”

Aku mendongak dan menatap Joonmyeon. “Bagaimana kau bisa menemukanku disini?”

Joonmyeon tersenyum kecil. Ia melepaskan pelukannya padaku dan mulai menanggalkan jas berwarna coklat muda yang dikenakannya. “Kebetulan aku sedang melintas disini,” jelasnya, lantas memakaikan jas-nya pada tubuhku. “Pakailah agar tak kedinginan,” bisiknya.

Aku melongo mendengarnya. “Kau bisa melihatku? Di tengah hujan yang sangat deras ini? Bahkan saat wajahku tak terlihat?” tanyaku tak percaya.

Joonmyeon tertawa kecil, sambil mengangguk pelan.

Aku masih takjub, tak percaya padanya.

Jemari Joonmyeon mulai mengusap lembut air mata yang mengalir di pipiku. “Aku menemukanmu hari ini, seperti ketika aku menemukanmu di tengah kemacetan pada pertemuan pertama kita, seperti ketika aku menemukanmu di dalam kereta maglev dan berbagai pertemuan tak terduga kita,” ucapnya. “Aku menemukanmu, karena takdir yang memang seharusnya mempertemukan kita.”

Aku terharu mendengar ucapannya. Benar-benar terharu. Aku tak tahu apakah Joonmyeon hanya sedang menggombaliku atau sedang serius. Tapi yang jelas, setiap kalimat yang meluncur dari bibirnya, selalu terasa tulus dan berasal dari dasar hatinya. Dan air mataku tak bisa kukendalikan lagi. Aku menangis kembali.

Aku bodoh, karena tak pernah belajar dari seluruh tanda-tanda Tuhan yang diberikan untukku. Rasanya, aku memang menganggap hidupku terlalu menyedihkan, hanya karena kesialan bertubi-tubi yang kudapat. Padahal, dibalik kesialan itu semua, Tuhan pasti telah menyiapkan kejutan manis di hidupku.

Tak mungkin bukan, aku akan menjalani kesialan seumur hidupku?

Seperti ketika aku kesusahan mencari Joonmyeon dulu. Dan seperti ketika aku terduduk di halte ini dan mengharapkan bantuan yang datang.

Semuanya terbayar lunas.

Dengan manis.

FIN

Aku ngerasa, kalau kisah Suho-Sooyoung itu lebih cocok dengan kisah-kisah yang berkaitan dengan takdir, serendipity, atau ketidak sengajaan. Dan seluruh kisah mereka akan melalui perjalanan yang epic, namun endingnya selalu berakhir manis. Yah, inilah ciri khas-ku kalau nulis ff Suho-Sooyoung, hehe ^^

Sebenarnya, ini juga hasil curhatku, walau nggak terlalu mirip dengan kisah nyataku. Pas aku pulang dari kursus Bhs. Inggris, hujannya deras banget. Dan sialnya, aku nggak bawa ponsel, jadi nggak bisa kabarin orang rumah sama sekali. Jadi, aku harus nunggu sampai kurang lebih 1,5 jam. Aku nggak tahu alasan kenapa orang rumah nggak jemput-jemput aku. Bahkan, aku pun dijemput sama Abangku yang nggak sengaja lihat aku di depan tempat kursus. Dan sesampainya di rumah, yang bikin aku kesel adalah…

…ternyata orang rumah itu lupa kalau aku lagi ikutan kursus! Ya Allah, kasihan banget hidupku ini -_- Dan saking keselnya, aku pun ngurung diri di kamar dan ngetik cerita ini. Aku ngelewatin makan malamku dan baru keluar pagi harinya. Semua orang rumah ngerasa bersalah sama aku dan akhirnya sebagai permintaan maaf, ayahku ngajakin aku belanja. Yippie! Hehe, beginilah enaknya jadi cewek yang lagi PMS. Kalau lagi bete, apa-apa pasti juga diturutin /dijewer/

Ya sudahlah, abaikan curhat abalku itu.

Anggap aja, ff ini merupakan pembukaan buat AS-nya Serendipity. Setelah aku baca komentar readers, ada 2 usul yang berbeda. Yang satu, banyak banget pengikutnya. Yang satu lagi, usulnya berbeda dan unik, tapi nggak ada pengikutnya, karena dia kasih komentarnya agak telat dibanding yang lain. Jadinya, aku bingung /guling-guling bareng Suho/

Untuk AS-nya Serendipity, ditunggu aja deh, sampai tanggal 8, oke? Aku udah nyiapin kejutan buat kalian, wkwkwk XD

At last, don’t forget to leave your reviews

Love,

Jung Minrin

22 responses to “[Ficlet] It’s Raining

  1. Meleleh ini ky before st0ry ff yg q bc itu ya. Ini manis Sooho q ska pair ini.. Gatau deh suka bgt ma ffmu yg k0pelnya mrka. JJang bkn lg dek

  2. Pingback: It’s Raining – Choi Sooyoung's Indonesian Fanfictions·

Mind to Leave Your Trail?