[Series] In Trouble – Chapter 2

in trouble

Title : In Trouble

Author : Idwinaya / Jung Minrin (@reddsky_10)

Cast :

Tao EXO-M

Sunny SNSD

Jessica SNSD

Kris EXO-M

Rating : PG

Length : Series

Genre : Romance

Disclaimer :Anggep aja, member EXO yg nongol disini, lebih tua dari member SNSD, yaa? ^^

Silakan dibaca, readers…

***

“Kami ingin bertemu dengan Nona Kim dari bagian ‘Finally I Find You’. Bisakah?”

Tao hanya mengedarkan pandangannya kesana kemari. Kris dan dirinya sudah tiba di stasiun TV yang menyiarkan acara ‘Finally I Find You’ yang akan diikuti oleh Tao. Sementara itu, Kris sedang menghampiri resepsionis untuk memberitahukan kehadiran mereka pada pihak stasiun TV. Saat itu, Tao sedang malas untuk bicara. Lagipula, Kris memang sudah terbiasa untuk menjadi juru bicaranya.

Tao melangkah mendekat ke arah resepsionis yang dihampiri Kris.

“Apakah Anda sudah membuat janji?”, tanya si resepsionis.

“Ya. Kami datang untuk menghadiri undangan ini.” Kris mengeluarkan undangan yang ditujukan pada Tao dari pihak stasiun TV.

Si resepsionis menerima undangan yang diberikan Kris dan membacanya. Ia mengangguk-angguk, nampak paham. “Maaf. Atas nama?”

“Hu…”

“Tao. Huang Zhi Tao.”, sela Tao cepat, sebelum Kris sempat menyelesaikan ucapannya.

Kris hanya bisa memandang jengkel ke arah Tao.

Si resepsionis nampak ragu dengan ucapan Tao barusan. Ia pikir, Tao tak ada hubungannya dengan hal ini. Si resepsionis menatap ke arah Kris. Kris hanya mengangguk pasrah.

“Baiklah. Saya akan menghubungi Nona Kim.”, kata si resepsionis, sambil mengangkat gagang telpon. “Anda bisa menunggu disana dulu, Tuan.” Jemarinya yang lentik sudah mulai menekan tombol-tombol angka untuk menghubungi Nona Kim yang dimaksud itu.

Kris dan Tao pun membalik tubuhnya, lalu mulai berjalan ke sofa yang dimaksud sang resepsionis. Keduanya merebahkan tubuh ke atas sofa bersamaan.

“Kau ini, selalu saja begitu.”, gumam Kris pelan. Tapi nampaknya, tak cukup pelan untuk didengar oleh Tao.

“Apa katamu?”, tanya Tao tajam.

“Eh? Memang, aku mengatakan sesuatu, ya?”, tanya Kris, memasang wajah sok polos-nya yang nampak kebingungan.

Tao berdecak kesal. “Jangan bohong, Wu Yi Fan.”, ucap Tao geram.

“Tidak bisakah kau menghormati Hyung-mu ini?” Kris nampak kesal dengan Tao yang tak pernah menghormatinya sebagai orang yang lebih tua.

“Terserah apa katamulah.” Tao mengibaskan tangan kanannya dan memalingkan wajahnya dari pandangan Kris.

Kris hanya bisa menghela nafas panjang melihat kelakuan dongsaeng-nya itu yang semakin kurang ajar, apalagi setelah ia menjadi seorang pengusaha yang sukses.

“Tn. Huang.” Si resepsionis yang ditemui Kris tadi sudah mengakhiri panggilannya. “Nona Kim akan segera menuju kemari untuk menemui Anda.”, jelasnya.

“Gamsahamnida.” Kris tersenyum simpul, sambil setengah menundukkan kepalanya. “Wah! Nona Kim, ya? Semuda apa dia, ya?”, gumam Kris pada dirinya sendiri.

“Hei, hei! Ingat, kalau kau sudah punya si pendek itu!”, celetuk Tao yang masih memalingkan wajahnya, sambil menyilangkan tangan di depan dadanya.

“Heh? Pendek? Siapa yang kau maksud pendek?”, tanya Kris bingung.

Tao memutar bola matanya malas. “Ya, siapa lagi, kalau bukan tunanganmu yang super duper pendek itu?”

“Hei! Tunanganku itu tidak sebegitu pendeknya, ya?”, elak Kris.

“Tidak pendek apanya? Kau pikir, 163 cm itu tidak pendek, apa?”, balas Tao. “Kupikir, pria setinggi kau akan mencari pasangan yang tinggi juga.”, kata Tao.

“Yak! Aku bersumpah, kekasihmu jauh lebih pendek dari kekasihku!”, umpat Kris.

Tao melempar tatapan kau-pikir-aku-akan-takut-dengan-ancaman-macam-itu.

Kris memalingkan wajahnya, malas berdebat lagi dengan Tao yang keras kepala itu.

Tak lama, muncul seorang wanita muda dengan tinggi semampai yang berjalan ke arah Tao dan Kris. “Tn. Huang?”, sapanya lembut.

“Mmm, Anda pasti Nona Kim?”, tanya Tao, yang bangkit dari duduknya.

Wanita itu tersenyum. “Ya. Mari kita segera ke lantai 5.”, ajak wanita itu—Nona Kim. “Pasangan Anda sudah menunggu disana, Tn. Huang.”, imbuhnya, lalu mengerling, tanpa menghapus senyuman manis di wajahnya.

Tao dan Kris pun mengikuti Nona Kim dari belakang.

“Kau lihat? Nona Kim jauh lebih baik daripada tunanganmu yang pendek itu.”, ledek Tao.

“Diam kau, Huang Zhi Tao. Aku jamin, pasanganmu juga tidak akan jauh lebih baik dari Nona Kim.”, desis Kris.

Kini, ketiga orang tersebut sedang masuk dalam lift untuk naik ke lantai 5.

“Apakah Anda tidak ingin tahu tentang pasangan Anda, Tn. Huang?”, tanya Nona Kim, memecah keheningan suasana lift.

“Ah, tidak. Biarkan menjadi kejutan saja bagi saya.”, balas Tao, bersikap sok diplomatis.

Nona Kim tertawa ringan. “Oh, ya.” Nona Kim menoleh ke arah Kris. “Kalian bersaudara?”, tanya Nona Kim.

“Eh? Bagian mana yang membuat Anda berpikir bahwa saya bersaudara dengan makhluk sepertinya, Nona?”, tanya Tao dengan nada meledek pada Kris.

Kalau saja itu bukan di dalam lift dan tidak di hadapan Nona Kim, Kris yakin, ia sudah membanting Tao saat itu juga.

“Ah, iya. Kalian tidak mirip.”, gumam Nona Kim, berkomentar. “Tapi setidaknya, kalian sama-sama tampan.”, puji Nona Kim. “Kalian bukan orang Korea, kan?”, tanya Nona Kim.

“Bukan. Tapi, kami sama-sama bekerja di Korea dalam sebuah proyek.”, jawab Kris.

“Yeah, lebih tepatnya, pria ini adalah bawahanku.”, imbuh Tao.

Kris mendengus sebal, setelah mendengar jawaban Tao.

Nona Kim hanya tertawa kecil mendengar kekonyolan dua pria itu.

“Oh iya, Tn…” Nona Kim menatap ke arah Kris.

“Wu Yi Fan.”, sela Kris.

“Ah, Tn. Wu. Kalau Anda belum memiliki kekasih, mungkin Anda bisa mengajak kencan teman dari pasangan Tn. Huang.”, kata Nona Kim. “Atau malah, Anda tertarik untuk ikut acara kami juga.”, lanjutnya, diiringi dengan tawa.

TING!

Pintu lift terbuka dan ketiga orang itu sudah tiba di lantai 5.

“Sepertinya, usul Nona Kim bagus juga, Kris. Kau bisa mencobanya, kan?”, goda Tao.

“Tidak! Aku ini pria yang setia, Tao.”, tegas Kris.

“Ya, ya. Terserah kau saja.”, balas Tao.

“Nah, ini dia. Kita sudah sampai.”, celetuk Nona Kim, ketika mereka sudah tiba di depan sebuah pintu bertuliskan ‘Meeting Room’. Nona Kim menarik kenop pintu dan membuka pintu itu perlahan. “Siapkan hati Anda, Tn. Huang.”, pesannya.

Mendadak, jantung Tao berdebar keras. Entah untuk alasan apa. Padahal, sedari tadi, jantungnya baik-baik saja.

“Nona Lee, ini adalah pria yang akan menjadi pasangan Anda.”, kata Nona Kim sambil menunjuk Tao, setelah mereka bertiga sudah masuk dalam ruangan tersebut kepada dua gadis yang sudah duduk manis di ruangan tersebut.

“K-kau?!”

***

“K-kau?!”

“Kenapa kau bisa ada disini?”, pekik Jessica, yang langsung berdiri dari duduknya.

Sunny mendongak ke arah sahabatnya itu. “Ada apa, Jess?”, tanya Sunny bingung. Sunny mengikuti arah pandangan Jessica.

“Kau mencoba mengkhianatiku, ya? Mencari gadis lain, yang ternyata adalah sahabatku sendiri, hah?!”, bentak Jessica. Jessica mendekat ke arah Nona Kim dan dua pria di sampingnya.

“Aku bisa menjelaskan ini semua, Sica-ya.”, kata salah satu pria yang lebih tinggi.

“Baguslah, kalau begitu.”, desis Jessica yang sudah berdiri di dekat pria itu. “Sekarang, kita harus keluar dan jelaskan semuanya padaku!”, bentak Jessica, sambil menarik lengan pria tersebut dengan kasar.

BLAM!

Jessica menutup pintu itu dengan keras dari luar ruangan. Yang lainnya, hanya bisa geleng-geleng kepala, melihat tingkah Jessica. Kalau saja, Nona Kim tidak memiliki hati yang begitu mulia, mungkin ia sudah memanggil satpam untuk menendang Jessica keluar dari gedung tersebut.

“Sebenarnya, apa yang terjadi dengan mereka?”, gumam Nona Kim heran, sambil berjalan ke tengah.

“Pria itu tadi,” Sunny menatap ke arah pintu, “Pria itu, yang akan menjadi pasanganku?”, tanya Sunny, yang kini sudah mengalihkan pandangannya pada Nona Kim.

“Eh? Pria yang keluar tadi?”, tanya Nona Kim.

Sunny mengangguk.

“Bukan. Tapi, pria itu.” Nona Kim menunjuk ke arah pria yang masih mematung di dekat pintu, sambil memperhatikan suasana di lorong, lewat jendela di dekat pintu.

“O-oh.” Sunny mulai memperhatikan pria di hadapannya itu. Pria itu tidak terlalu asing baginya. Nampaknya, ia sudah pernah bertemu dengan pria itu. Tapi, dimana? Entahlah. Sunny pun lupa.

Pria itu menoleh ke arah Sunny dan membuat mata mereka saling bertemu pandang.

Saat itu juga, Sunny tahu. Sunny yakin betul dengan firasatnya tadi. Tak salah lagi, kalau ia sudah pernah bertemu pria itu.

“Silakan duduk, Tn. Huang.”, ucap Nona Kim, sambil menunjuk kursi di hadapan Sunny.

Sunny semakin yakin dengan pria di hadapannya ini. Ia merasa bahwa setelah ini ia tak akan baik-baik saja. Ia pun hanya bisa menundukkan wajahnya. Ia merasa risih dengan pandangan penuh tanya dari pria tersebut.

“Apa kalian ingin menunggu teman kalian dulu?”, tawar Nona Kim.

“Aku ingin menunggu Jessica.”, jawab Sunny cepat.

“Anda tidak keberatan kan, Tn. Huang?”, tanya Nona Kim, kini beralih pada sosok pria yang duduk di depan Sunny.

“Sama sekali tidak.”, jawabnya mantap, tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya dari Sunny.

“Baiklah.” Nona Kim mendesah pelan. “Untuk mengisi waktu, lebih baik jika kalian saling berkenalan terlebih dahulu.”, usul Nona Kim.

“Namaku Huang Zhi Tao. Kau bisa memanggilku Tao.”, kata pria itu.

“Kau bisa memanggilku Sunny.”, balas Sunny, tanpa melirik sedikitpun ke arah pria bernama Tao itu.

“O-oh.” Tao menyandarkan punggungnya pada kursi. Semburat lega muncul di wajahnya.

Nona Kim tersenyum puas. “Oh ya, bukankah kalian sudah pernah melihat acara ini?”, tanya Nona Kim, memastikan.

“Tentu saja.”

“Belum.”

Sunny dan Tao menjawab bersamaan.

“Maaf. Selama ini, aku tinggal di China. Dan aku tahu tentang acara ini dari temanku. Jadi, aku belum pernah menontonnya.”, jelas Tao.

“O-oh.” Nona Kim mengangguk paham. “Baiklah. Kalau begitu, saya akan menjelaskan tentang aturan main dalam acara ini.”, kata Nona Kim. Nona Kim pun duduk dan mulai menjelaskan, “Jadi, kalian berdua akan diberi waktu selama sebulan untuk menjalani serangkaian kegiatan dalam acara ini. Mulai dari kencan, makan malam bersama, berlibur di tempat-tempat eksotis, dan masih banyak lagi kegiatan lainnya. Kegiatan kalian, tentunya akan diliput dan ditayangkan di televisi. Tentu saja, kalian tidak akan keberatan dengan hal itu, kan?”

“Tidak.”, jawab Sunny dan Tao serempak. Sesaat, setelah menyadari kekompakan mereka sendiri, mata Sunny dan Tao saling bertemu pandang. Namun, Sunny segera menjauhkan tatapan matanya dari Tao.

“Wah, kalian benar-benar sangat kompak.”, puji Nona Kim, sambil memandang Sunny dan Tao bergantian.

Tao hanya tersenyum simpul, sementara Sunny malah semakin tertunduk.

“Lalu?” Tao meminta Nona Kim untuk melanjutkan penjelasannya.

“Ah, iya. Kalau ada saling keterkaitan diantara kalian, maka kalian bisa melanjutkannya ke jenjang pernikahan. Dan kami yang akan menanggungnya.”, jelas Nona Kim.

“Kalau tidak ada keterkaitan?”, tanya Tao.

Nona Kim tersenyum penuh arti. “Mudah saja. Kalian diperbolehkan meninggalkan acara ini dan kami bisa memberikan sejumlah uang yang bisa kalian kelola sendiri.”, jelas Nona Kim. “Tapi…”

“Tapi, apa?” Tao nampak penasaran.

“Tapi, pihak reality show akan memastikan bahwa kalian harus dipisahkan sejauh-jauhnya.”

***

“Jelaskan. Padaku. Sekarang. Juga.”

Kris bergidik ngeri saat mendengar nada bicara tunangannya itu, Jung Soo Yeon atau Jessica. Kris belum pernah mendengar nada bicara Jessica yang seperti itu. Selama ini, Jessica selalu terlihat seperti gadis yang manis di hadapannya. Ia tak tahu, kalau dibalik sikap manisnya, bersemayam jiwa sesosok iblis.

Kris mendesah pelan. “Baiklah. Kujelaskan padamu, sekarang juga.”

Jessica mendecak sebal. “Cepat.”

“Aku kemari bukan untuk mengikuti acara ini Sica-ya.”, jelas Kris dengan nada yang dibuat setenang mungkin.

“Huh? Aku tidak percaya! Lalu, untuk apa kau kemari?”, tanya Jessica dengan nada sinis.

“Kau lihat pria yang tadi di sampingku?”

Jessica mengangguk ragu. Saat ini, ia merasa ketakutan menggerayangi tubuhnya.

“Dia adalah temanku. Dan dialah yang akan mengikuti acara ini.”, lanjut Kris.

“Jinjja?”

“Ne.”

Jessica melengos. Ia merasa tubuhnya lemas saat itu juga. Ia benar-benar telah menyesali sikapnya barusan. “L-lalu, bagaimana ini, Oppa?” Jessica mengacak rambutnya yang tergerai itu, nampak frustasi.

“Sudahlah. Jangan terlalu dipikirkan. Semuanya akan baik-baik saja.”, ucap Kris, mencoba menenangkan kekasihnya itu.

“Aku sudah mengacaukannya. Mau ditaruh dimana mukaku ini?”, tanya Jessica bingung.

Kris menarik tubuh Jessica, mendekap tubuh mungilnya dalam pelukan hangat. “Sudahlah. Kau bukan seorang terdakwa yang harus dihukum mati karena mencuri pisang, kan?”, canda Kris.

“Yak, Oppa! Aku serius!”, bentak Jessica, yang seketika menjauh dari pelukan Kris.

“Aku juga.”, balas Kris enteng. “Makanya, jangan merasa bersalah lagi seperti itu, ne?”

“Ne.” Jessica mengangguk patuh.

“Nah! Sekarang, mari kita bantu sahabat-sahabat kita!”

***

CKLEK!

Nona Kim, Tao dan Sunny langsung menoleh ke arah pintu ruangan yang tiba-tiba terbuka. Muncul sosok Jessica dan Kris yang melangkah di belakangnya sedang masuk ke dalam ruangan tersebut.

“Mianhae. Jeongmal mianhae.”, ucap Jessica sambil membungkukkan badannya berkali-kali. “Maafkan saya karena sudah mengacaukan pertemuan kali ini. Saya benar-benar minta maaf.”

Nona Kim tersenyum ramah. “Tidak apa-apa, Nona Jung. Silakan duduk kembali.”

Jessica dan Kris pun kembali melangkah. Jessica memilih duduk di samping Sunny. Sementara itu, Kris duduk di samping Tao, meski separuh hatinya merasa tak rela jika ia tak duduk di samping Jessica. Tapi, hari itu, ia datang bukan sebagai kekasih Jessica, melainkan sebagai seorang sahabat bagi Tao.

“Jadi, karena kedua rekan Anda sudah kembali kesini, mari kita lanjutkan tujuan dari pertemuan kita hari ini.”, ucap Nona Kim, sambil tetap memamerkan senyum manisnya. “Saya sudah menjelaskan kronologi dan aturan main dalam acara ini. Jadi, tanpa perlu bicara panjang lebar,” Nona Kim mengambil beberapa dokumen di sampingnya. “kami meminta kesediaan Anda untuk menandatangani persetujuan bahwa Anda akan terlibat dalam acara ini. Untuk keputusannya, kamu kembalikan lagi pada Anda.”, lanjut Nona Kim. “Anda boleh mundur sekarang, atau tidak sama sekali.” Nona Kim segera menyodorkan dua map yang berbeda pada Tao dan Sunny, lengkap dengan bolpoinnya juga.

Tao dan Sunny meraih map di hadapan mereka dan membukanya secara bersamaan.

“Silakan Tn. Huang Zhi Tao dan Nn. Lee Soon Kyu.” Nona Kim mempersilakan.

“L-lee Soon Kyu?”

***

“Lepaskan!”

Sunny menghempaskan cengkraman tangan Tao pada pergelangan tangan kanannya. Ia segera membuang muka dari pandangan menyelidik Tao.

“Jadi, kau benar Lee Soon Kyu?”, tanya Tao, sambil mengerjapkan matanya berkali-kali.

“Kalau iya, memangnya kenapa?”, balas Sunny dengan nada sinis.

Tao tertawa lepas. Tak pernah, ia merasa sebahagia ini. “Tak kusangka, kita bertemu lagi. Dalam kesempatan seperti ini pula!”, komentar Tao. “Pantas saja, sedari tadi, aku merasa kalau aku pernah bertemu denganmu. Tapi, saat kau mengenalkan dirimu padaku dengan nama Sunny, aku jadi ragu.”, tutur Tao. “Kau benar-benar tak mau aku mengenalimu, ya?”

“Huh! Aku malas bertemu dengan pemuda udik sepertimu.”, sindir Sunny, sambil melempar tatapan jijik pada Tao.

Tao membulatkan matanya. “Udik?” Tao kembali tertawa. “Jangan-jangan, kau sengaja membuatku tidak mengenalimu agar kau bisa dengan mudah membuatku jatuh cinta padamu.”, goda Tao.

Kini, Sunny yang membulatkan matanya. “Mwo? Aku ingin membuatmu jatuh cinta padaku?”, tanya Sunny heran. “Bahkan aku tak akan sudi melakukannya dalam mimpimu, Tn. Huang.”, sindir Sunny lagi.

“Masih jual mahal seperti dulu lagi, eoh?”, tebak Tao.

“Sudahlah. Sebenarnya, kau mau apa, sih?”, tanya Sunny jengkel. “Oh, aku tahu. Pemuda miskin sepertimu, pasti hanya ingin mengikuti acara ini untuk mencukupi biaya hidupmu, kan?”, tebak Sunny asal. Hei, hei! Bukankah itu motifnya sendiri?

Tao membentuk huruf O dari mulutnya. “Lalu, bagaimana denganmu? Masih kesusahan mencari pasangan karena targetmu yang terlalu tinggi, hm?”, tebak Tao.

Sunny menggeram kesal. Ia mengepalkan tangannya, berusaha sekuat tenaga, menahan untuk tidak menonjok wajah pria di hadapannya itu. “Sudahlah. Jangan membalik pertanyaanku!”

“Baiklah, kalau begitu.”, gumam Tao. “Kalau bagimu, aku mengikuti acara ini, hanya untuk mencari materi saja, mari kita buktikan. Aku bersumpah, bahwa aku tidak akan berhenti sampai acara ini selesai, aku akan membuat kau jatuh cinta padaku.”, ancam Tao.

“Huh! Sudah kubilang. Hal itu tidak akan pernah terjadi.”, balas Sunny. “Aku juga akan bersumpah bahwa aku tidak akan jatuh dalam pesona pemuda miskin seperti dirimu.”, lanjutnya.

“Baiklah, kalau begitu.” Tao mendekatkan wajahnya ke wajah Sunny. “Siapkan saja mentalmu, Nona Lee.”, ucap Tao sinis. Tao pun meninggalkan Sunny seorang diri di lorong sepi tersebut, melangkah ke dalam ruang meeting tadi.

Sementara itu, Sunny masih terpaku di tempatnya, sambil memandangi punggung Tao yang mulai menghilang dari pandangannya. Sunny mendongak, menatap ke arah langit-langit.

“Ottokhae??”

***

“Kenapa ada banyak kejutan sekali sih, hari ini?”

Nona Kim duduk di kursinya sendiri, sambil memijit pelipisnya sendiri. Kepalanya sedikit pening karena ada berbagai kejadian mengejutkan yang terjadi hari ini. Ia pikir, seharusnya hari ini menjadi hari yang cukup mudah. Bertemu dengan client baru, mengurus acara ini dan ia bisa langsung menikamti akhir pekannya.

Sementara itu, sepasang tunangan itu, Kris dan Jessica yang duduk berseberangan, beradu dengan pikirannya masing-masing. Sudah cukup kejutan bagi mereka untuk bertemu saat itu. Dan sekarang, kedua sahabat mereka ternyata juga saling mengenal.

CKLEK!

Terdengar suara pintu yang terbuka. Muncul sosok Tao dari balik pintu.

Sementara itu, ketiga orang yang berada di dalam ruangan itu langsung menoleh ke arah pintu. Ketiganya sama-sama melemparkan tatapan apa-yang-telah-terjadi-? pada Tao. Jessica nampak paling penasaran, karena tidak mendapati kedatangan Sunny.

“Tenang saja. Temanmu baik-baik saja, kok. Ia hanya sedikit syok dengan pertemuan kami.”, kata Tao, seolah mampu membaca pertanyaan yang muncul dalam pikiran Jessica.

Jessica hanya mengangguk-angguk, lalu kembali menatap ke arah pintu, berharap dengan kemunculan sahabatnya itu.

“Jadi, bagaimana, Tn. Huang? Apa Anda bersedia untuk melanjutkan acara ini?”, tanya Nona Kim hati-hati. Bisa saja kan, karena mereka sudah saling kenal, bahkan pernah punya konflik di masa lalu, mereka menolak untuk melanjutkan acara ini.

“Kita tunggu saja keputusan yang diambil Nona Lee.”, kata Tao tenang.

Tepat setelah Tao menutup mulutnya, pintu ruangan tersebut terbuka dan muncullah sosok Sunny dengan raut wajah yang sulit diartikan. Ia tidak tersenyum, tapi tidak juga cemberut. Jika dikatakan bahwa Sunny hanya bersikap datar dan biasa-biasa saja, sesungguhnya, wajahnya bisa menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak biasa-biasa saja.

Sunny melangkah menuju kursinya tadi. “Aku sudah memutuskan.”, kata Sunny mantap.

Seluruh mata yang berada di ruangan itu langsung menatap ke arahnya. Menanti jawaban yang akan meluncur dari bibirnya. Tao nampak paling antusias, meski wajahnya dibuat sedater mungkin.

“Jadi…?” Nona Kim mengangkat kedua alisnya, menunggu jawaban Sunny.

“Aku akan tetap mengikuti acara ini.”

***

“Sekarang, jelaskan padaku.”

Tao berjalan dengan langkah yang cepat, meninggalkan si kaki panjang, Kris. Tao tak tahu dengan apa yang sedang ia rasakan saat ini. Haruskah ia senang? Bahagia? Lega? Puas? Atau justru sedih dan tersiksa? Entahlah. Tao pun belum memutuskan perasaannya saat itu.

“Hei!” Kris menepuk bahu Tao dengan keras.

“Apa?” Tao langsung menghentikan langkahnya dan menoleh, sambil memasang tampang kesal, karena lamunannya diganggu oleh Kris.

“Jelaskan padaku. Apa yang terjadi antara kau dan gadis itu?”, tanya Kris.

Tao mendesah pelan. “Ikutlah denganku. Akan kujelaskan semuanya padamu.”

TBC

***

Seperti biasa, author mohon dengan sangat comment dari para readers, yah? ^^

Love,

Jung Minrin

4 responses to “[Series] In Trouble – Chapter 2

Leave a reply to Jung Minrin Cancel reply